(0,0) ; narasi satu.

narasi bagian satu socmed fiction Titik Nol (0,0).

Tags: Haikyuu. F/M Pair. Sawamura Daichi. Sugawara Koushi. Azumane Asahi. Michimiya Yui. DaiYui. Ditulis dalam bahasa Indonesia, sudut pandang orang ketiga.

“Ditolak.”

Tiga orang lelaki berbusana rumah rebah telentang di atas karpet bulu, yang satu jadi bahan tertawaan yang dua. Ia hanya bisa tersenyum kecut.

“Ngegas amat lu kek nagih utang.” tukas Koushi. “Dibawa santai aja.”

“Gue bingung mulai dari mana..” ujar Daichi. “Padahal dulu kita sering minum wedang bareng, gue pikir dia bakal bilang iya.”

“Ini udah malem banget nggak sih? Hampir jam 12.”

“Ya kan kita udah gede, ada gue juga bisa jagain.”

“Gaya lo ngejagain.” ejek Koushi. “Lagian kenapa bilang ‘kita’ sih? Kan yang mau pergi lo doang.”

“Makin segan dia, dikira ganggu ntar kalo dia ikut.” tambah Asahi.

Daichi terdiam sesaat, seolah menata isi pikirannya. “Gue malah mikir kalo rame dia bakalan mau.”

Koushi mendelik. “Yang kayak Asahi aja ngerti beginian, lo gimana sih.”

“Emang gue kayak apa?” protes Asahi sambil tersenyum kesal, yang hanya dibalas cengiran oleh Koushi.

“Mana chat gue dibaca doang.” Daichi menghela napas, melihat ruang obrolannya dengan sang puan dengan tatapan kosong.

“Lah, lo cuma bales ‘oke’? Ya wajarlah dibaca doang.” Asahi tertawa setelah mengintip layar itu sedikit. “Kan bisa bilang selamat malem, jangan kecapekan, apa gitu.”

“Yaudah hari ini udahan aja, besok coba lagi. Pelan-pelan, ntar dia pergi lo juga yang kapok.”

Keheningan menyapu ruangan itu, memberi panggung bagi suara kipas angin untuk unjuk diri. Tiga pasang netra menyapu langit-langit dengan pikiran masing-masing.

Daichi tahu ia buru-buru, tapi ia sudah terlanjur memulai. Ia tak ingin lari lagi.

Ia sudah membuka jalannya sendiri, dan bukan kesalahan yang ingin ia ulangi. Sebab rasa sesalnya sebesar rasa inginnya untuk kembali.

Ia enggan kehilangan.

“Iya juga. By the way..

Dua pasang mata menoleh ke arah suara.

“Kalian beneran nggak mau wedang?”